Rabu, 13 Januari 2010

Muslim Kasual Tren 2010

TIGA dekade lalu, saat busana muslim masuk ke belantika mode Indonesia, keberadaannya masih dipandang sebelah mata. Penggunanya dianggap gagap mode, kuper. Desainer yang serius menggarap busana muslimah pun bisa dihitung jari.

Namun kini, dengan cepat baju muslim beradaptasi. Menyerap tren yang berlaku di medan mode kontemporer. Hasilnya, wardrobe para muslimah pun semakin variatif. Apalagi para perancang rajin mengulik cutting dan pola, mengadaptasi teknik baru serta bereksperimen dengan material. Hasilnya, era baru busana muslim. Segar, inovatif, muda, sekaligus kontemporer.

Tahun ini, tren busana muslim tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun lalu. Masih dipengaruhi sentuhan Victorian yang ekstravagan, terutama untuk koleksi busana muslim pesta dan gaun pengantin muslim. Hal ini juga masih menjadi cerminan sisi feminin seorang muslimah. Karenanya, aksen frills, ruffles, pita, serta renda masih menguasai catwalk. Pun dengan penggunaan warna-warna aristokrat yang sejalan dengan citra elegan abad pertengahan.

Namun, 2010 ini adaptasi bentukan busana Timur Tengah, India, Korea, dan Romawi memberi alternatif baru yang cukup menyegarkan. Tunik India dengan panjang hingga mata kaki yang dipadu sari menjadi pilihan banyak desainer. Pun dengan kaftan serta abaya Timur Tengah. Sementara aksen draperi yang kerap menghiasi gaun wanita Romawi muncul sebagai detail manis. Mengimbangi payet dan kristal yang sebelumnya merajai pasar.

Bahan-bahan lembut layaknya sifon, satin, dan sutra tetap menjadi primadona. Sesekali diselingi katun maupun bahan kaus yang menjadi pernyataan kasual. Selain itu, para desainer memberi alasan, kedua bahan tersebut selain simpel juga nyaman digunakan.

Sayangnya, kini banyak desainer yang terjebak tren. Mereka menggarap koleksinya berdasarkan tren yang berlaku. Bukannya mencipta sesuatu yang bisa melahirkan tren baru. Akibatnya konsumen bisa bosan dan memilih beralih gaya. Apalagi saat ini, busana kontemporer tengah menawarkan koleksi praktis dengan garis rancangan simpel dan minim detail.

Beberapa desainer telah menawarkan gaya ini. Mereka mengandalkan rumus padu padan. Baik antara tunik dengan rok atau celana, maupun gamis yang tampil lebih ringan dengan permainan motif, tanpa detail berlebihan.

Contohnya Up2Date yang berhasil menyuntikkan semangat muda dalam balutan nuansa kasual dan kontemporer, namun tetap islami. Lainnya, Rumah Mode Muslim Shafira pun memberikan variasi koleksi berbeda yang bisa dibilang memenuhi selera konsumen muslim yang lebih beragam. Shafira memenuhi keinginan pasar dengan merilis koleksi busana rajut. Tidak bergaya mewah, lini termuda ini justru mengusung tampilan muslimah modern masa kini. Bermaterialkan kaus dan bahan rajut, lini knitwear Shafira dalam waktu singkat menjadi primadona. Alternatif baru berbusana muslim yang ringan, simpel, tapi tetap sesuai pakem yang berlaku.

Pendiri Shafira, Fenny Mustafa mengatakan adanya lini baru ini menunjukkan perkembangan busana muslim Tanah Air. “Tahun 80-an, orang Indonesia baru kenal busana muslim. Dan waktu itu banyak sekali halangannya untuk busana muslim berkembang dan menjadi busana banyak orang seperti saat ini,” paparnya.

Lebih lanjut Fenny mengatakan, selama 20 tahun terakhir dia melihat perkembangan busana muslim Indonesia, hingga akhirnya menjadi tren seperti saat ini. “Sekarang, busana muslim sudah jadi tren. Tapi saya masih punya mimpi yang lebih besar, membawa busana muslim ke panggung internasional juga menggandeng partner-partner yang lebih besar,” tambahnya.

Lini knitwear yang diluncurkan tahun lalu tersebut merupakan salah satu upaya meraih mimpi besarnya, tentu selain menggandeng pasar yang lebih luas. Karena itu, bila tahun lalu, Shafira menghadirkan tema Reborn sebagai bentuk kelahiran kembali, tahun ini merupakan kelanjutan kelahiran tersebut. Mengambil tema La Fleur de Shafira, rumah mode muslim itu menganalogikan dirinya sebagai bunga, yang berkembang dan mekar di usia ke-20. Tema tersebut juga sekaligus menunjukkan bahwa rumah mode yang berbasis di Bandung tersebut, mampu bersaing di pasar global.

Tidak seperti busana muslim biasanya, lini knitwear Shafira tampil lebih santai dan kental sentuhan modern. Citra kasual tersebut didukung penggunaan bahan-bahan ringan seperti woven, poliester, wol, serta katun. Sementara untuk detailnya, Fenny banyak menampilkan prints maupun aksen-aksen manis, seperti korsase, ruffles, serta kerut. Lainnya, Fenny menambahkan bordir, payet, atau kombinasi cutting untuk tampilan yang berbeda. Semua itu disajikannya dalam bentukan “ramah”, khas busana sehari-hari, layaknya sweter, celana pipa, terusan, maupun gamis sederhana.

http://lifestyle.okezone.com

0 comments: